Salah satu seni Nusantara, Rebana yang ditampilkan saat acara Haul Ke - 64 Annangguru Imam Lapeo, Campalagian, Polewali Mandar, Selasa, 23 Agustus 2016. (Foto: Burhanuddin HR)

TRANSTIPO.com, Polman – Memeringati wafatnya Annangguru Kiai Haji Muhammad Tahir ke-64 yang berlangsung di Masjid Nuruttaubah Lapeo, Campalagian, Polewali Mandar, Selasa, 23 Agustus 2016.

Beberapa ilmuan dan ahli agama Islam hadir pada acara yang diberi nama Haul ke-64 KH Muhammad Tahir atau yang lebih dikenal Imam Lapeo.

Nama-nama beken yang hadir itu seperti, Prof. DR KH Nasaruddin Umar, MA yang sehari-harinya sebagai Imam Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. DR KH Zainal Abidin, M.Ag yang juga Rektor IAIN Palu, DR. Achmad Sewang yang juga Ketua IMMIM Sulawesi Selatan, dan sejumlah ulama-ulama lainnya.

Banyak jemaah yang menghadiri acara Haul ini. Mereka terkesan dengan ajaran ilmu Tasawuf yang diajarkan oleh Imam Lapeo.

DR Achmad Sewang membacakan sejarah singkat perjalanan hidup dan perjuangan syiar Islam Imam Lapeo.

“Beliau lahir di Pambusuang, Mandar, pada tahun 1839. Ayahnya bernama Ikaji, seorang nelayan tradisional dan penghafal Al Qur’an. Beliau wafat tahun 1952. Sejak kecil di Pambusuang, beliau sudah dididik ilmu agama, lalu ke Binuang, ke Parepare, lalu menyeberang ke Pulau Jawa hingga ke Istambul dan Mekkah,” kisah Achmad Sewang.

Professor Nasaruddin Umar menyarankan agar KH Muhammad Tahir diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Hal senada disampaikan oleh KH Zainal Abidin.

“Orang mati masih ada efek yang terjadi antara yang mati dan yang masih hidup, sehingga beliau ini mendapat banyak safaat dari Allah karena murid-muridnya selalu medoakan beliau,” kata salah seorang murid spritualnya itu.

Dari jauh, di tanah Jawa, Kiai Kanjeng Emha Ainun Najib juga hadir di Lapeo untuk beri penghormatan dan pujian kepada Annangguru itu.

“Tak lengkap kesufian seorang wali Allah kalau belum injak Lapeo. Beliau, Imam Lapeo, sebagia pembuka cakrawala bagi para wali Allah dengan ilmu Tasawuf, ilmu kedekatan kepada Sang Pencipta. Sungguh luar biasa dan beliau pantas dipanggil Imam,” kata kiai penebar ilmu lewat ceramah dan tulisan dalam banyak bukunya.

Haul ke-64 Imam Lapeo ini dihadiri oleh keluarga, sahabat, dan murid-murid beliau dari segala penjuru di Indonesia. Ada yang dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Tengah, dan dari segala pelosok di Sulawesi Barat.

Bupati Polewali Mandar Andi Ibrahim Masdar ketika beri sambutan mengatakan, “Kami membangun Polewali Mandar dengan pendekatan reliji. Kami anggarkan pembangunan Masjid hingga Rp 10 miliar pertahun. Kami programkan haji dan umro untuk para Iman serta beri insentif para Imam dan guru mengaji. Di Polewali Mandar, kami telah himbau semua SD dan sederajat bahwa tak bisa masuk sekolah SMP dan sederajat bila tak tahu baca tulis Al Qur’an. Jadi murid SD harus punya sertifikat qatam Al Qur’an baru bisa diterima di SMP dan sederajat.”

Ibrahim Masdar berpesan kepada umat yang hadir di Lapeo, kita mesti bisa meniru ketauladanan Imam Lapeo dalam menjalankan ajaran Islam. Kata AIM, sapaan Andi Ibrahim Masdar, “Di Tanah Mandar ini, beliau dikenal sebagai ulama besar yang berilmu tinggi.”

BURHANUDDIN HR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini