Telah terkonfirmasi lewat obrolan jejaring medsos, dari pemangku acara kampanye akbar ABM-Enny, bahwa massa yang hadir itu tak kurang 25 ribu orang.
TRANSTIPO.com, Mamuju – Hari ketiga pendaftran calon pasangan peserta Pilgub Sulbar 2017 lalu adalah, Jumat, 23 September 2016. Ketika itu dua hal mengharu biru: hujan turun deras sekali saat pasangan Ali Baal Masdar–Hj Enny Anggraeny Anwar (ABM–Enny ) persis tatkala hendak meninggalkan ruang pendaftaran di Kantor KPU Sulbar.
Saat itu tepat pukul 11.30 wita. Itu berarti waktu ibadah Jumatan akan segera tiba. ABM-Enny bersama seluruh pimpinan partai pendukungnya sudah ancang-ancang untuk segera menuju ke Masjid untuk sholat Jumat—tentu bagi lelaki dewasa yang Muslim.
Namun atas ‘kehendak Ilahi’, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Lebat sekali. Laman ini menyaksikan langsung AAS, ABM, dan Enny berjalan perlahan sembari masing-masing ‘pengawalnya’ menuntunnya dengan memegangkan payung, hingga ke mobil mereka yang sudah terparkir peris di jalan sempit di depan Kantor KPU Sulbar itu.
Adzan di Masjid telah berkumandang, namun hujan tak reda jua. Menurut informasi yang berseliweran di telepon pintar saat itu, banyak warga yang tak sempat tiba di Masjid. Separuh kru laman ini pun cukup ‘mengganti’ dengan lohoran saja.
Petuah bijak di tempo dulu kerap menyebutkan—tanpa mengajak Pembaca untuk percaya—bahwa hujan itu berkah Tuhan. Dan, konon, ketika sedang dalam sebuah hajatan besar, jika dituruni hujan deras maka “tanda-tanda kesuksesan akan digapai”.
Menjelang sore, masih di Jumat 23 itu, ketika hujan sudah mulai reda pasangan Salim S. Mengga–Hasanuddin Mashud (Salim–Hasan) juga mendaftar di Kantor KPU Sulbar. Telah diketahui bahwa, sehari sebelumnya atau Kamis, 22 September 2016, pasangan Suhardi Duka–Kalma Katta (SDK–Kalma) telah lebih dulu mendaftar di KPU Sulbar.
Hal yang kedua, di saat pasangan ABM-Enny tengah melaksanakan deklarasi pasangan di Anjungan Pantai Manakarra Mamuju, Jumat sore, seluruh pimpinan partai pendukung ikut beri orasi—termasuk sejumlah tokoh nasional dari partai pengusung.
Giliran ABM berpidato singkat. Menjelang ujung pidato ABM, kedua lengannya di angkat menjulang. Seusai ABM menyapa massa yang hadir saat itu, ABM tiba-tiba sesegukan. Air matanya menetes. Murni sebuah tangisan. Laman ini menerjemahkan, mungkin, ABM terharu melihat banyaknya warga yang hadir kala itu.
Hari ini (malam ini ketikan naskah), Minggu, 8 Januari 2017. Ini adalah waktu kampanye akbar pasangan ABM-Enny di Mamuju kota. Tak ada tangisan yang tertumpah. Yang ada adalah suhu begitu panas lantaran ribuan massa, atau 25 ribu massa, tumpah ruah di Pantai Mamuju itu. Tusukan dari sinar mentari juga sengit.
Ketika AAS pidato yang hanya semenit lebih lamanya, suaranya sempat terdengar parau. Serak-serak. Ia seolah paksakan untuk berbicara lantang, sekeras-kerasnya. Mungkin ia terharu melihat ‘lautan’ warga Kabupaten Mamuju—yang tak lain separuhnya yang datang itu adalah handai tolannya jua, dari pegunungan Mamuju pula dari dataran rendah dan yang dari yang ‘bertetangga’ pantai-laut.
Rasa syukurnya membuatnya ia seolah bersedih. Sebuah penghormatan keluarga besar padanya yang masih tak tergerus lantaran karena waktu. AAS hari ini tetap dihormati warga, dicintai warga meski ia sudah tak memangku jabatan formal pemerintahan.
Inikah bentuk dukungan yang nyata untuk AAS—terlebih lagi untuk ABM–Enny?
Nantikan berita selanjutnya.
SARMAN SHD