TOMI LEBANG
MINGGU di Mesir adalah hari kerja pertama setiap pekan. Denyut kota Kairo yang dihuni 9,5 juta orang terasa benar: lalu lintas padat, orang-orang bergegas ke tempat kerja, angkutan kota ramai dan selap-selip di jalanan.
Di bawah terik matahari dan selubung debu-debu gurun itulah, saya datang berkunjung ke salah satu tempat paling terkenal di kota ini: Makam Imam Syafi’i.
Perjalanan ke sana melewati jalan-jalan tak biasa, membelah pasar, terminal angkutan kota, meliuk-liuk di antara kawasan pemakaman yang berdebu, permukiman yang sedikit kumuh, lalu tiba-tiba sampai di lekuk jalan di depan sebuah masjid tua berkubah batu di Jalan Al-Qadariyah. Inilah Masjid Asy-Syafi’i.
Di dalamnya, di sayap kanan masjid, bersemayam jazad mufti besar umat Islam pendiri mazhab Syafi’i yang bernama lengkap Muhammad bin Idris asy- Syafi’i.
Sang imam yang ajaran-ajarannya dianut oleh begitu banyak umat Islam di berbagai belahan dunia, khususnya Indonesia, telah terbaring di sini sejak 1.204 tahun yang lalu. Imam kelahiran Gaza, Palestina ini wafat di Mesir pada usia 54 tahun.
Semasa hidupnya, mendiang di banyak kisah dipuja sebagai orang paling terpelajar dalam Islam dengan keteladanan hidup yang nyaris sempurna.
Ada riwayat yang mengisahkan, gurunya yang juga salah satu imam mazhab, Imam Malik pernah berkata: “Tidak ada lagi keturunan Quraisy yang lebih pandai dari Imam Syafi’i” dan kalimat lain “Jika ada orang yang bahagia karena ilmunya, inilah orangnya!”
Kisah tentang bagaimana Imam Syafi’i berkelana menuntut ilmu, memuliakan sang ibu, kepintarannya, kebijaksanaannya, dan tentu ajaran-ajarannya, terserak di banyak riwayat dan tak terbilang sumber. Saya bukan orang yang tepat untuk menyampaikannya.
Yang jelas, Imam Syafi’i adalah pemikir dan pendiri salah satu dari empat mazhab fikih dalam Sunni.
Kita mengenal empat mazhab besar itu sebagai mashab Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali. Mashab Syafi’i disebut-sebut memiliki pengikut hampir sepertiga dari seluruh umat Islam di muka bumi, termasuk umat Islam di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan banyak negara lainnya.
Begitulah. Saat datang di kompleks makam Imam Syafi’i, saya sempat bertemu serombongan peziarah lainnya dari Indonesia, puluhan orang dari Kalimantan yang mampir di Kairo sebelum melanjutkan perjalanan umroh ke Arab Saudi.
Makam Imam Syafi’i sendiri berada dalam naungan kubah berlapiskan ornamen kayu yang sangat indah dengan ukiran yang rumit di sepanjang langit-langitnya. Dinding kubah berhiaskan mozaik batu granit dan marmer dengan sentuhan seni yang tinggi.
Tak heran karena penguasa Mesir yang tenar dalam sejarah, Salahuddin Al-Ayyubi sendiri yang memerintahkan untuk membangun makam sang imam di abad ke-12. Bahkan permaisuri dan putra Salahuddin juga dimakamkan di bawah kubah ini.