Langit pun Menangis Melepas PELE

976
PELE, legenda sepak bola Brasil (kanan) bersama MESSI, bintang sepak bola dunia asal Argentina. (Foto: Net)

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

TIDAK banyak orang yang mengenal nama Edson Arantes do Nascimento. Tidak ada yang tahu persis mengapa dan bagaimana nama panjang itu kemudian lebih dikenal nama empat huruf saja, Pele. Empat huruf itu menjadi kata yang paling terkenal dan paling mudah diucapkan oleh orang seluruh dunia. Kalau ada survey empat kata apa yang paling dikenal orang di seluruh dunia, jawabnya adalah ‘’Okay’’ dalam bahasa Inggris, dan Pele.

Pele meninggal dunia (30/12) dalam usia 82 tahun setelah beberapa bulan terbaring di rumah sakit karena kanker. Pada masa tuanya Pele menderita berbagai penyakit dalam beberapa tahun terakhir harus memakai kursi roda. Kendati demikian hal itu tidak menghalangi Pele untuk bepergian ke berbagai even penting dunia.

Gaya hidup Pele penuh warna, glamour, dan jetset. Ia menghabiskan waktu bermain untuk klub Santos di Brazil yang membesarkan namanya. Ia bermain film layar lebar, menjadi selebritas, bertemu dengan Paus dan Presiden Nixon, Presiden Carter, serta Ratu Elizabeth, dan para pemimpin selebritas terkenal dunia, termasuk para bintang rock.

Pele memenangkan piala dunia 3 kali di usia 17 tahun pada 1958 di Swedia. Empat tahun kemudian dia memenangkannya di Chile, dan yang ketiga di Meksiko yang sangat ikonik pada 1970 mengalahkan Italia.

Ia bukan hanya seorang pesepakbola. Pada 1970-an ketika media tidak sepervasif dan semasif saat ini, Pele sudah menjadi media darling global. Kemana pun ia pergi, dari New York, Paris, Sao Paulo, sampai ke ujung dunia pun ribuan orang akan mengerubutinya. Ketika itu belum ada media sosial yang menghasilkan viral, tapi Pele sudah menjadi viral tiap hari.

Hanya Pele dan Brazil yang bisa memiliki Piala Dunia selama-lamanya setelah memenanginya 3 kali. Piala Jules Rimet terpaksa harus diserahkan selama-lamanya kepada Barzil karena 3 kali memenangkannya. Sekarang Piala Dunia yang baru belum pernah dimenangkan back to back oleh negara mana pun.

Seorang jurnalis secara iseng bertanya kepadanya mana yang lebih terkenal antara Pele dengan Yesus Kristus. Pele yang dilahirkan sebagai Katolik menjawab dengan sangat diplomatis tapi menohok, ‘’Ada banyak tempat dui dunia ini dimana Yesus Kristus tidak begitu dikenal’’.

Dalam permainan sepak bola global sekarang ini seorang pemain berusia 19 tahun atau bahkan 21 tahun akan disebut sebagai ‘’the wonder kid’’. Julian Fernandez gelandang Argentina memenangkan penghargaan pemain muda terbaik Piala Dunia Qatar 2022, usianya 21 tahun. Jude Bellingham, gelandang Inggris dianggap sebagai gelandang jangkar terbaik dunia, usianya 19 tahun. Kylian Mbappe, striker Prancis yang disebut-sebut sebagai pewaris Lionel Messi atau Ronaldo, usianya 23 tahun.

Mbappe ialah wonder kid, anak ajaib yang membawa Prancis menjadi juara dunia pada 2018 dalam usia 18 tahun. Tapi Mbappe tidak bisa membawa Prancis menjadi juara back to back pada Piala Dunia kali ini. Pele sudah mulai mencetak gol-gol yang spektakuler ketika usianya baru 15 tahun. Saat menginjak 17 tahun dia sudah menjadi bagian dari tim Brazil yang memenangkan Piala Dunia pada 1958. Pele kemudian menjadi inspirasi ketika Brazil mempertahankan title juara dunia back to back pada 1962 dan 1970.

Ia terkenal dengan tendangan salto yang dikenal sebagai ‘’tendangan sepeda’’ bicycle kick. Ia mempunyai loncatan yang sangat tinggi untuk menanduk bola-bola silang. Ia disebut punya kekuatan melawan gravitasi bumi dengan loncatannya yang tinggi. Cristiano Ronaldo mewarisi Pele dengan kemampuan tendangan sepeda dan loncatan anti-gravitasi. Ronaldo adalah mesin hasil kerja keras dan paduan sains olahraga. Pele murni lahir dari bakat alam.

Tidak ada satu pun pesepakbola dunia yang pernah memenangkan Piala Dunia 3 kali dan back to back seperti capaian Pele. Lionel Messi ditasbihkan menjadi ‘’GOAT’’ the greatest of all times, pemain paling hebat sepanjang masa, setelah membawa Argentina menjadi juara dunia tahun ini. Messi baru sekali membawa Argentina juara dunia. Mungkin kalau ada mukjizat Messi masih bisa bermain pada Piala Dunia 2026 dan membawa Argentina juara dunia back to back. Tapi, Messi tidak akan bisa memecahkan rekor Pele dengan tiga kali kemenangan Piala Dunia.

Kalau Messi dinobatkan sebagai GOAT karena satu kali mengangkat Piala Dunia, maka julukan the super-GOAT layak disematkan kepada Pele.

Pada akhir karirnya Pele mencatat 1279 gol dari 1363 pertandingan dan tercatat sebagai rekor dunia oleh The Guiness Book of Records. Ada perdebatan mengenai rekor ini karena beberapa gol dari pertandingan persahabatan dimasukkan sebagai gol internasional.

Kehidupan Pele sangat berwarna-warni. Maradona yang sering diperbandingkan dengan Pele juga punya cerita hidup yang sama, terutama yang berkaitan dengan perempuan. Pele menikah 3 kali, yang terakhir ketika dia berusia 75 tahun dengan Marcia Aoki yang 30 tahun lebih muda. Pele punya 7 anak dan semasa hidup dikaitkan skandal dengan banyak perempuan. Tetapi, Pele tidak pernah punya masalah dengan obat bius sebagaimana yang dialami oleh Maradona. Tapi, dalam soal perempuan, Pele dan Maradona mungkin sama-sama punya catatan yang penuh warna.

Orang selalu memperdebatkan siapa yang paling hebat di antara Pele, Maradona, Johan Cruyff, George Best, Lionel Messi, dan Cristiano Ronaldo. Setiap zaman ada orangnya, dan setiap orang ada zamannya. Pele menjadi orang pada zamannya. Pele manusia unik. Dia hanya hidup di dunia satu kali, tetapi memenangkan Piala Dunia tiga kali. Pele dan Maradona diperbandingkan, tetapi sekarang dua orang itu bermain bersama di surga. Begitu kata penggemarnya.

Orang-orang di Brazil memujanya sebagai dewa dan raja. Orang Brazil suka menyebutnya sebagai ‘’King Pele’’. Di tengah masyarakat Brazil yang mayoritas Katolik Pele dianggap punya kualitas ketuhanan. Ada dua dimensi Pele sebagai manusia dan sebagai pesepakbola. Pele ialah manusia biasa, tetapi ketika bermain bola dia menjadi tuhan.

Sebagaimana pesepakbola Amerika Latin pada umumnya Pele lahir di favela, wilayah kumuh yang miskin, di Tres Coracoes. Sewaktu kecil ia mengalami kesulitan mengeja, seperti umumnya anak miskin yang kurang sekolah. Dia mulai main sepak bola di jalanan dengan telanjang kaki dan dengan bola dari kertas yang dibungkus plastik.

Pada usia 15 tahun ia ditemukan oleh klub Santos, dan sejak itu klubnya langsung berani memproklamasikan bahwa Pele akan menjadi pesepakbola terhebat di dunia. Ramalan itu menjadi kenyataan. Pele menjadi pemain paling hebat di dunia dan menjadi atlet berbayar paling mahal ketika itu.

Timnas Brazil pada dekade itu penuh bertabur bintang. Djalma Santos, Didi, Mario Zagallo, Garrincha, Nilton Santos, dan Orlando. Tetapi Pele adalah permata pada ujung mahkota Brazil. Pada final Piala Dunia 1958 ia mencetak dua gol untuk menumbangkan tuan rumah Swedia 2-5. Dan sejak itu Pele tidak bisa lagi dihentikan.

Semua klub besar di seluruh dunia memburu tanda tangannya, Real Madrid, Inter Milan, Juventus, dan Manchester United. Pele bergeming. Ia tetap memilih Santos. Ia berkeliling dunia dengan klubnya untuk membuat pertandingan eksebisi yang selalu menggemparkan.

Pada akhir karirnya pada 1975 ia bermain untuk klub Amerika Cosmos bersama para bintang gaek seperti Franz Beckenbeauer, Johan Cruyff, dan George Best. Pele yang bersahabat dengan Muhammad Ali ingin agar sepak bola berkembang di Amerika Serikat.

Pada 1977 Pele mengumumkan pensiun dari sepak bola dengan pertandingan antara Santos vs Cosmos di Amerika. Hujan turun pada pertandingan selamat tinggal itu. Esok harinya headlines surat kabar berbunyi ‘’Langit pun Menangis Melepas Pele’’.

Sekarang, ketika Pele harus berpulang, bukan hanya langit yang menangis, seluruh dunia pun ikut menangis.

Penulis adalah Wartawan senior PWI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini