TRANSTIPO.com, Mamuju – Ketua Badan Koordinasi (BADKO) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), Ahyar, tak menyadari dipayungi oleh anggota Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) di Mamuju, Kamis kemarin.
Kedatangan Jusuf Kalla (JK) di Mamuju dalam kapasitasnya Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) untuk lantik pengurus PMI Sulbar yang baru.
JK yang mantan Wakil Presiden (RI) kemanapun selalu melekat pengamanan Paspampres. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 59 Tahun 2013 tentang Pengamanan Presiden dan Wakil Presiden, mantan Presiden dan mantan Wakil Presiden beserta keluarganya serta tamu Negara setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan.
Ahyar, anak muda aktivis HMI Mamuju sengaja datang ke Bandara Tampa Padang di Kalukku, Mamuju menjemput seniornya, JK yang juga pentolan HMI di masa mudanya.
Turun dari pesawat di Bandara Mamuju, Kamis, 20 September, setelah penerbangan dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Maros, Sulsel.
JK bersama rombongan kecil berjalan ke ruang tunggu bandara, Ahyar memanfaatkan menyela waktu dan kesempatan masuk ke barisan elit merapati JK.
Posisi JK yang dipayungi pengawalnya itu Ahyar berada di antara JK dan sang pengawal yang memegang payung. Jadilah seolah Ahyar yang dapat teduhan payung di tengah terik. Tampak JK santai dan terus melayani ocehan Ahyar.
Jumat pagi, 21 September, Ahyar seolah kaget ditanyai seputar dipayungi oleh anggota Paspampres itu.
Apakah Anda sadar dipayungi oleh Paspampres di sisi JK?
“Tidak kak. Karena saya fokus ke pak JK, jadi saya juga diawal sudah merasa adem saat bersalaman dengan pentolan kami di HMI, jadi tak ada rasa yang berbeda sebelum dipayungi, dan setelah di bawah payung, he heee,” ujar Ahyar dalam keterangannya.
Ahyar tak sengaja hendak manfaatkan keteduhan payung untuk JK, seniornya yang tokoh HMI itu.
“Dan kedua memang saya tau bahwa payung itu untuk pak JK sehingga saya tidak pernah berpikir untuk merasa di bawah payung si Paspampres. Saya kaget juga pas liat dokumentasi,” kata Ahyar, merendah.
Kekagetan Ahyar kemudian setelah didapati dirinya pada gambar di media online seolah dialah yang dipayungi.
“Mungkin karena sudah terlalu bahagia bisa kembali bertemu sama beliau,” akunya.
Hal yang serius Ahyar bilang begini. “Mantan wapres dua periode ini mengingatkan, buat program yang baik dan punya target untuk peningkatan SDM kader, jangan demo saja,” kata JK yang dituturkan Ahyar.
Sembari katakan petuah demikian kepada yuniornya di Mamuju, JK tertawa.
Mengapa ada HMI MPO dan HMI Dipo?
HMI berdiri sebagai organisasi kader di Kota Yogyakarta, 5 Februari 1947. Diinisiasi oleh Lafran Pane bersama sejumlah mahasiswa kala itu.
Seiring waktu, penguasa Orde Baru (Orba) hendak menyatukan seluruh lembaga atau organisasi di Indonesia dengan memakai asas tunggal Pancasila sebagai pijakan dasar organisasi.
Pentolan HMI ketika itu terbelah. Di satu pihak bertahan asas HMI tetap menjadikan Islam sebagai asas organisasi. Di kubu yang lain menerima Pancasila sebagai kabaruan asas HMI.
Puncaknya, pada tahun 1986 kiblat HMI pecah: HMI Dipo taat pada ajakan penguasa Orba mengganti asas organisasi, sementara penyelamat HMI membuat tandingan, HMI Majelis Penyelamat Organisasi (MPO).
Meski keluar dari basis utama organisasi, HMI MPO juga mengular di tanah air, sampai ke Mamuju sejak dua tahun lalu.
Ahyar bilang, perbedaan ini terentang dalam sejarah yang panjang.
“Jika diulas panjang sekali. Yang terpenting sekarang perbedaan itu bagi kami adalah anugerah, dua mesin perkaderan HMI yang berjalan beriringan dan menghasilkan tokoh-tokoh nasional dan pemimpin-pemimpin bangsa,” kata Ahyar.
Bukan soal siapa terkenal, yang penting eksistensi. Di Mamuju misalnya, Ahyar akui bahwa HMI Dipo — merujuk dari nama alamat HMI di pusat di Jalan Diponegoro — mayoritas.
Siapa yang paling sering dan paling ‘garang’ ketika demonstrasi?
“Saya tidak bisa mengukur itu kak, sebab masing-masing menjalankan fungsi kontrol dengan baik. Dan terkadang kami satu perjuangan dalam aksi demontrasi, misalnya,” kata Ahyar.
Ahyar melekatkan diri sebagai HMI MPO saat bertemu JK — Ketua Cabang HMI Ujungpandang di tahun 1960-an.
Tawa Ahyar di sisi JK yang juga kerap sumringah pertanda tak jadi soal HMI dua kubu diikat panji-panji yang sama: Yaqin Usaha Sampai.
SARMAN SAHUDING