Di satu sisi ada yang meninggalkan SDK, tapi di lain sisi malah ada tokoh kaliber yang datang ke rumahnya. Siapa itu?
TRANSTIPO.com, Mamuju – Di Mamuju pada Jumat malam, 23 September 2016, cuaca masih berselimutkan awan tebal, masih dingin sekali. Hujan belum reda turun, meski tinggal rintik-rintik saja.
Di malam itu, Jumat pasca Isya, seseorang mengajak Zainal Tayeb untuk keluar kamar, jalan-jalan ke tempat berpengharapan. Itulah maksud seseorang itu mengajak lelaki berambut gondrong, 60 tahun, ini.
Zainal Tayeb—akrab disapa Jenol—bukanlah pengusaha lokalan. Dia telah berbisnis lintas pulau di nusantara, dan telah melintasi benua di jagat ini. Dia, Jenol itu, datang ke Sulbar ini adalah panggilan dalam relungnya sebagai warga Mamasa yang telah mengabsahkan dirinya, sekali pun dia dinobatkan sebagai ketua KKSS di Bali.
Sejak Kamis, 22 September, Jenol hadir di Mamuju, begitu pengakuannya di Mamasa tempo hari. Dan benar, Jenol menginap di d’Maleo Hotel & Convention Mamuju. Hari ini, Minggu siang, 25 September, Jenol meninggalkan kota Mamuju.
“Saya sudah boarding (sedang di ruang tunggu Bandara Tampa Padang, red),” kata Jenol di ujung telepon ketika Sarman SHD—jurnalis laman ini—menghubunginya, persis pukul 12.30 siang ini.
Dikonfirmasi soal pertemuannya dengan Suhardi Duka (SDK) Jumat malam lalu, Jenol membenarkannya. “Ya, benar. Saya diajak seseorang untuk bertemu dengan SDK. Saya diminta pak SDK untuk tak bermain dalam Pilgub. Tapi saya bilang, saya akan melihat hasil survei,” urai Jenol melalui sambungan bicara tanpa kabel.
“Orang Mamasa tidak boleh kalah di Pilgub ini. Kita harus menang di Pilgub, artinya kita harus dukung yang menang,” aku Jenol.
Maksud Jenol adalah, kompetitor ini kan sudah jelas, akan tiga pasangan yang bertarung di Pilgub Sulbar 2017.
“Jika nantinya SDK yang unggul survei, ya saya di SDK. Jika ABM yang tinggi surveinya ya, kita dukung ABM. Saya himbau kepada keluarga di Mambi dan Mamasa semua untuk jadi pemenang di Pilgub ini. Ya, dengan melihat survei itu. yang menang survei pasti kita dukung. Saya begitu nanda,” jelas Jenol.
Soal foto ketika sedang ‘silaturahmi’ dengan SDK, “Tunggu ya, nanti saya kasi tau seseorang tuk kirim WA ke kamu,” kata Jenol menjawab permohonan laman ini.
Tak cukup lima menit kemudian, seseorang—bersuara perempuan remaja—menghubungi laman ini dengan menginformasikan bahwa foto dimaksud yang dimintakan ke Jenol sudah terkirim melalui WA.
Pada Jumat sore, 9 September 2016, di Mamasa, Jenol masih ‘menjagokan ABM. “Wah… kan figur ABM unggul survei sementara to,” kata Jenol ketika dicegat laman ini untuk bertukar nomor ponsel dan meminta waktu berdiskusi.
Di siang ini juga, atau sejam setelah ‘wawancara’ dengan Jenol, SDK menjawab sms laman ini.
“Silaturahmi biasa. Berbincang tentang usaha dan peluang bisnis di Sulbar. Kita juga bicara tentang Mamasa ke depan dengan segala persoalannya. Tentang posisinya dukungannya di Pilgub, kita sepakat dia (Jenol, red) Netral—isi sms SDK dibesarkan huruf N—dan tidak memihak. Karena prinsip yang maju di Pilgub teman semua,” demikian isi balasan sms SDK kepada Sarman SHD—kru laman ini.
Ide tulisan ini sebenarnya berawal dari DP Arnol Topo Sujadi, Ketua Jaringan Muda SDK. Dari foto di handphone Arnol itulah, laman ini kemudian gelisah sehingga harus menghubungi dua tokoh penting di atas.
Semoga Pilgub Sulbar ini tenang, damai, dan sukses untuk kelak ‘bertemu’ dengan pemimpin baru kita semua.
SARMAN SHD