Refleksi Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2016. Anda Pemuda! Rugi jika tak baca ini.
Oleh: Pelda Aslam Latief (Bati Ops/Lat Kodim 1402/Polmas)
GLOBALISASI di era saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaannya sulit untuk dihindari. Terlepas dari berbagai perdebatan yang ada mengenai waktu munculnya globalisasi, kita semua akan sepakat bahwa globalisasi saat ini telah masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Derasnya arus informasi saat ini ketika untuk pertama kalinya ditemukan microchip kemudian sampai ke zaman dimana internet bukan hanya menjadi suatu hiburan semata melainkan kebutuhan telah membuat dunia ini menjadi seolah semakin menyatu.
Seseorang dapat terkoneksi secara mudah dalam jarak yang sangat jauh. Ketika hal ini terjadi maka batas-batas negara seolah olah telah memudar dan dunia menjadi semakin terintegrasi. Arus-arus budaya, ekonomi begitu mudah untuk masuk menyatu dengan keadaan domestik suatu negara.
Masuknya arus globalisasi ini tidak terjadi pelan-pelan tetapi sangatlah deras dan terjadi terus menerus. Negara yang tidak siap dan tidak mempersiapkan diri akan sangat terancam untuk terseret arus globalisasi ini.
Maka globaliasasi d isini ternyata tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga negatif terutama bagi negara-negara berkembang yang notabene masih rentan dan tidak mempunyai power sebesar negara-negara maju.
Globalisasi kemudian seperti memiliki dua sisi: hitam-putih, pro-kontra, baik-buruk, positif-negatif. Banyak akademisi yang pro dan kontra terhadap globalisasi serta banyak pula berbagai pendapat yang mengungkapkan berbagai macam dampak dari globalisasi, mulai dari pengaruhnya ke dalam budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang mempunyai pengaruh dalam mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung.
Tidak ada negara yang mampu menutup diri dari perkembangan yang terjadi, mau tidak mau setiap negara harus mampu menghadapi derasnya arus globalisasi, walaupun arus globalisasi memberikan berbagai dampak dalam kehidupan.
Era globalisasi dewasa ini menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap negara, tidak terkecuali Indonesia sebagai anggota masyarakat dunia yang tentunya tidak dapat dan tidak akan mengasingkan diri dari pergaulan internasional.
Walaupun globalisasi memberikan efek ataupun dampak positif dan dampak negatif bagi semua negara. Oleh karena itu diperlukan suatu antisipasi agar keadaan sikap dan prilaku bangsa Indonesia tidak mengalami kemunduran yang lebih jauh. Selain dapat menimbulkan dampak negatif berupa goncangan budaya dan ketimpangan budaya, globalisasi berdampak positif, yaitu memperkaya khasanah budaya nasional Indonesia.
Cukup banyak nilai-nilai budaya global yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Proses alih teknologi dan ilmu pengetahuan dari masyarakat Negara maju kepada masyarakat Indonesia pada era global dewasa ini tentu saja menguntungkan bagi kemajuan masyarakat Indonesia.
Demikian pula masuknnya paham-paham baru di bidang politik, ekonomi, dan seni budaya, seperti paham demokrasi, prinsip efesiensi dan produktivitas dalam bidang industri atau ekonomi dan sistem persenjataan militer. Semua itu bermanfaat dalam kemajukan kehidupan masyarakat Indonesia.
Demikian pula dengan sikap dan perilaku disiplin, keterbukaan, tertib dijalan raya, rapi dalam berbusana, mandiri dalam kehidupan, sikap menghargai waktu, sikap positif dalam olah raga, dan sejenisnya. Semua itu diadopsi dari nilai-nilai budaya luar, terutama dari masyarakat Eropa, Amerika Serikat dan Jepang.
Sikap dan perilaku hidup tertib dan disiplin tadi tentu saja sangat berguna untuk membina moral dan mentalitas masyarakat Indonesia, yang cenderung bersikap santai dan malas.
Selain itu, masuknya benda-benda budaya fisik, seperti barang-barang berteknologi canggih (televisi, antena parabola, telepon genggam, internet, faksimil, mobil mewah, dan barang-barang mewah lainnya), semuanya sangat berguna bagi masyarakat Indonesia untuk ditiru dan dikembangkan dalam kehidupannya.
Sekalipun banyak manfaat yang diperoleh dari masuknya nilai-nilai budaya global, tetap kita perlu waspada agar eksistensi jati diri bangsa Indonesia tetap terjaga. Sebagai masyarakat religius, tentu saja kita tidak menghendaki berkembangnya budaya sekuler, materialis, dan over konsumerisme.
Sebagai bangsa yang menjungjung tinggi semangat kekeluargaan, gotongroyong dan ramah tamah tentu saja kita tidak menghendaki berkembangnya budaya ANARKIS dan INDIVIDUALISTIK.
Oleh karena itu, kita harus tetap memelihara eksistensi jati diri bangsa Indonesia, derasnya pengaruh nilai-nilai budaya global, sejalan dengan proses modernisasi masyarakat, tentu saja menimbulkan masalah-masalah sosial.
Semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia lahir sejak dulu dan telah terpelihara cukup baik. Oleh karena itu, sikap toleransi tidak boleh pudar hanya karena perbedaan suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat istiadat atau golongan politik.
Sebab bangsa yang berBhinneka Tunggal Ika, kita tidak layak bersikap sukuisme, realism, chauvisme, primadialisme, atau anarkisme dalam kehidupan masyarakat. Sebab sikap dan perilaku seperti itu bertentangan dengan nilai-nilai luhur budaya dan jati diri bangsa Indonesia yang bersifat kekluargaan, ramah tamah, tolong menolong dan sebagainya.
Oleh karena itu, kita harus menempatkan diri sebagai warga masyarakat yang merupakan bagian utuh dari bangsa Indonesia. Untuk itu, perlu dikembangkan sikap dan perilaku yang dilandasi oleh sikap demokratis, toleransi, empati, solidaritas, tolong menolong, dan kekeluargaan. Dengan demikian, kita akan dapat memlihara dan mewujudkan kehidupan masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya nasional.
Sebagai makhluk individu, manusia memiliki hak dan kewajiban asasi untuk mengembangkan kehidupannya secara mandiri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Namun, manusia tidak dapat hidup secara sendiri-sendiri, melainkan memerlukan bantuan manusia lainnya. Keberadaan manusia hanya bermakna bila mampu hidup secara kolektif dalam persekutuan dengan individu-individu lain di masyarakat.
Selanjutnya Penulis memberikan gagasan atau pemikiran bagaimana upaya untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa akibat pengaruh globalisasi. Adapun gagasan atau pemikiran tersebut, yaitu:
(1) Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional perlu meningkatkan program pendidikan bela negara. Program ini dalam pelaksanaannya dapat diintegrasikan ke dalam materi pelajaran, seperti ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
(2) Pemerintah melalui Departemen Pariwisata dan Kebudayaan memprogramkan upaya-upaya pemeliharaan dan pengembangan seni budaya daerah, antara lain melalui seminar, lomba karya tulis, pagelaran seni budaya, ataupun pameran kebudayaan.
(3) Masyarakat melalui tokoh-tokohnya perlu berupaya melakukan pembinaan terhadap seni daerah masing-masing.
(4) Di lingkungan sekolah,para guru perlu memprogramkan upaya pembinaan mentalitas generasi muda/para pelajar tentang pentingnya memelihara eksistensi jati diri bangsa.
(5) Para pemuda hendaknya proaktif dalam memprogamkan upaya pembinaan terhadap generasi muda tentang pentingnya memelihara jati diri bangsa.
(6) Setiap warga negara perlu menyadari akan pentingnya menjaga eksistensi jati diri bangsanya dengan selalu bersikap selektif dalam menerima pengaruh nilai-nilai global.
Selain bagaimana upaya untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa akibat pengaruh globalisasi, sangat diperlukan adanya pengembangan sikap kritis yang mutlak untuk dikembangkan. Selanjutnya sikap kritis apa saja yang perlu dikembangkan untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa?
Anda mungkin pernah bahkan sering mendengar istilah kritis. Misalnya kita harus bersikap kritis dalam menghadapi kehidupan ini. Kritis berarti sikap yang tidak mudah menerima begitu saja sesuatu yang dikatakan oleh orang lain. Sikap kritis berarti perilaku yang selalu didasari oleh akal sehat.
Pendapat atau tanggapan yang muncul dari orang yang kritis disebut kritik. Orang yang pekerjaannya mengkritik sesuatu hal atau pendapat pihak lain disebut kritikus. Orang yang kritis tidak akan menerima begitu saja pengaruh perubahan sosial yang terjadi, setiap perubahan yang terjadi akan selalu dipikirkannya.
Apakah perubahan itu menguntungkan atau merugikan masyarakat? Hal ini bukan berarti orang yang kritis menutup diri terhadap perubahan. Namun ia berusaha menganalisis perubahan apa saja yang mendatangkan manfaat bagi diri dan masyarakatnya.
Apabila perubahan itu memberikan pengaruh negatif terhadap diri dan masyarakatnya maka ia segera menolak dengan tegas. Sebagai contoh, anting merupakan perhiasan yang lazim dipakai oleh seorang wanita.Namun akibat pengaruh budaya global, banyak remaja pria yang memakai anting di telinga dan hidungnya.
Remaja yang kritis tentu saja akan menilai perubahan perilaku tersebut. Apakah memakai anting itu berpengaruh terhadap penampilannya atau tidak. Setelah mengamati bahwa memakai anting-anting hanya memberi kesan seram dan premanisme tanpa ada pengaruh positif, maka ia akan memutuskan untuk tidak mengikuti perubahan gaya penampilan tersebut.
Dalam lingkup yang lebih besar sikap kritis dapat ditunjukkan dengan cara memberi opini atau kritik terhadap kebijakan pemerintah atau tokoh masyarakat yang berkuasa. Misalnya, pemerintah membuat kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 100%. Hal itu berarti akan berpengaruh terhadap kenaikkan barang kebutuhan pokok sehari-hari. Anggota masyarakat yang kritis tentu saja akan menolak atau meminta penjelasan terhadap pemerintah, mengapa harga BBM dinaikkan sebesar itu?
Kemampuan untuk bersikap kritis akan menghindarkan seseorang atau kelompok masyarakat dari pengaruh buruk perubahan sosial budaya yang terjadi. Sikap kritis akan mendorong terbentuknya perilaku yang mandiri dan intelek pada seseorang. Dengan demikian ia tidak akan mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Dapat dijelaskab bahwa sikap terbuka sangat diperlukan, sebab sebagai bangsa yang kritis, kita harus bersikap terbuka terhadap perubahan yang terjadi. Tidak semua pengaruh budaya global bersifat negatif tetapi banyak pula positifnya pengaruh perubahan positif perlu kita dukung.
Tetapi pengaruh negatifnya kita hindari. Oleh karena itu kita jangan bersikap apriori atau menaruh prasangka buruk terhadap hal-hal yang baru. Sikap terbuka ini diperlukan karena masuknya pengaruh budaya global sudah tidak dapat dihindari lagi.
Kemudian sikap antisipatif juga diperlukan perilaku kritis lainnya yang perlu kita kembangkan ialah sikap antisipasif. Artinya, kita harus selalu tanggap dan peka terhadap perubahan yang terjadi. Kita harus mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi.
Misalnya, pengaruh gelombang budaya global yang demikian besar, cepat, dan terus-menerus harus diantisipasi dampak positif dan negatifnya. Sifat antisipasi dapat dimulai dengan mengamati dan meneliti pengaruh perubahan yang terjadi. Dari sikap antisipatif juga perlu adanya sikap selektif, bersikap selektif dalam menerima pengaruh perubahan sosial.
Sikap selektif ini maksudnya memilih mana pengaruh yang baik dan mana yang tidak baik untuk ditiru. Proses seleksi artinya, memilih pengaruh perubahan manakah yang paling memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Pengaruh positif yang memberikan manfaat diambil, sedangkan pengaruh negatif yang tidak memberikan manfaat dibuang jauh-jauh. Sebagai contoh, gaya berbusana yang rapi dan etos kerja yang tinggi dan terampil yang ditampilkan oleh masyarakat barat perlu ditiru.
Sebaliknya, kebiasaan mabuk atau minuman keras atau budaya seks bebas yang berasal dari budaya global jangan ditiru karena bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Dan tidak kalah pentingnya diperlukan sikap adaptif. Sikap adaptif artinya, sifat yang berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
Proses seleksi memberikan keputusan apakah seseorang menerima atau menolak suatu pengaruh perubahan sosial. Apabila seseorang telah memutuskan untuk menerima pengaruh positif maka ia harus bersikap adaptif terhadap hal-hal baru tersebut.
Misalnya, ketika kita menerima masuknya teknologi komputer karena banyak manfaatnya maka kita harus berusaha mempelajari dan menguasai teknologi dan komunikasi tersebut secara baik.
Seperti diketahui bersama bahwa tujuan MEA dibentuk berdasarkan empat tujuan utama, yaitu: Mewujudkan kawasan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi; Mewujudkan kawasan yang mempunyai daya saing tinggi; Fokus pada pengembangan Usaha Kecil dan Menengah; dan Mewujudkan kawasan yang terintegrasi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan masyarakat Indonesia dalam mewujudkan keempat tujuan tersebut di atas. Hal-hal yang harus dibenahi Indonesia adalah masalah kualitas penduduk, masalah infrastruktur dasar, serta masalah peluang investasi dan perdagangan.
Dalam menyikapi globalisasi yang tidak dapat dibendung dan mempunyai sisi positif dan negatif ini kita diharuskan untuk menentukan posisi kita. Hal ini menjadi suatu bekal awal bagi kita agar nantinya mempunyai pendirian sehingga tidak terombang-ambing di tengah arus globalisasi.
Hadirnya MEA sendiri sebagai jawaban dari tekanan globalisasi yang semakin menguat di tengah era keterbukaan informasi dan kemajuan teknologi yang cukup pesat.
Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai halangan dan rintangan yang menjadikan dunia semakin terbuka dan saling bergantung satu sama lain. Bisa dikatakan bahwa globalisasi membawa perspektif baru tentang konsep dunia tanpa batas.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui dampak globalisasi dan pengaruhnya terhadap kehidupan negara berkembang khususnya Indonesia, di mana hanya bangsa atau negara yang memiliki daya saing yang tinggi dengan dukungan struktur usaha yang jelas, sistem kerja yang efisien, serta budaya korporasi yang berbasis pada jiwa kewirausahaan yang akan mampu memanfaatkan peluang globalisasi se-optimal mungkin.
Dengan berkembangnya globalisasi dan majunya teknologi saat ini membuat para kaula muda untuk menambah semangatnya untuk memajukan Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober 1928 yang merupakan suatu tanda kelahiran semangat penuh perjuangan Bangsa Indonesia.
Dengan aliran darah yang mengalir untuk membela negara Republik Indonesia mereka berjuang dengan semangat yang tiada hentinya. Kondisi ketertindasan saat itu membuat dan mendorong mereka para pejuang untuk membulatkan tekat untuk harkat dan martabat hidup untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Atas dasar semangat Sumpah Pemuda itu, sebagai pemuda Indonesia, mari kita berikan semangat positif dengan cara kita masing-masing untuk Indonesia yang lebih maju. Dan pada saat dicetuskan Sumpah Pemuda adalah kesempatan emas di mana bangsa yang terjajah dapat bangkit untuk melawan dan meraih kemerdekaan dan dapat hidup sejahtera, adil dan makmur untuk seluruh masyarakat Indonesia pada saat itu.
Dan membuktikan pada bangsa penjajah kalau bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang kuat yang tidak mudah ditaklukkan oleh bangsa lain. Mengingat perjuangan yang sangat memprihatinkan di kala itu harus bisa membuat semangat kita di era digital yang sangat mudah untuk kita bertindak dan melakukan sesuatu.
Pada era modern saat ini di mana zaman kita hidup sekarang efek yang terasa dari diikrarkannya Sumpah Pemuda adalah terciptanya karya-karya anak bangsa yang diakui di dunia internasional dan hal ini adalah bukti bahwa Sumpah Pemuda belum luntur pada benak hati anak bangsa dari generasi ke generasi yang dengan perjuangan serta kreativitas yang tinggi untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah dunia.
Dan Garuda Indonesia dapat terbang tinggi di angkasa melintasi dunia dengan kebanggaan berbahasa, bertanah air dan berbangsa satu yaitu Bangsa Indonesia. Melakukan hal sederhana yang dapat menjadikan dan memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berpartisipasi dalam kegiatan negara, berawallah dari diri sendiri dan penanaman pada pribadi diri sendiri.
Globalisasi Tidak Untuk Disalahkan, Sikap Kita Bagaimana?
Membuka diri terhadap segala bentuk perubahan yang lebih baik tanpa harus kehilangan identitas diri yang baik dan konstruktif bagi pembangunan bangsa. Globalisasi akan melindas Bangsa di dunia ini yang tidak memiliki Karakter yang Kuat, Kepribadian yang Kuat dan Ketahanan Nasional yang Kuat.
Dapat kita simpulkan bahwa karakter bangsa yang baik akan mampu mewujudkan ketahanan nasional yang kuat dan nilai-nilai karakter tersebut diperlukan adanya semangat, ulet, gigih, tangguh serta pantang menyerah, tabah dan sabar, jujur dan sportif, semangat kebersamaan, kekompakan, persatuan dan kesatuan, tanpa pamrih, kehormatan dan harga diri,rela berkorban serta mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara.
Apakah Karakter Tersebut Saat Ini Ada Pada Kita, Ataukah Sebaliknya?
Membangun karakter tidak bisa dilakukan dengan mudah dan santai. Diharapkan peran orang tua sangat dominan dalam membangun karakter tersebut. Persatuan dan kesatuan bangsa dapat kita wujudkan apabila ada kesadaran yang tinggi dari kita semua untuk dapat memahami perbedaan yang ada serta adanya toleransi yang tinggi untuk dapat menerima kenyataan bahwa terletak pada perbedaan itu sendiri.
Ketahanan pribadi dan ketahanan keluarga sebagai tumpuan ketahanan Nasional. Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan, orang tua dan kita semua. Rusaknya karakter adalah kesalahan pada kita semua dan itu merupakan tanggung jawab kita semua. Mari Kita Lakukan Perubahan Sekarang Juga.
Semoga dihari SUMPAH PEMUDA ini (28 Oktober 2016), menjadi Pemuda yang memiliki karakter kuat untuk membangun bangsa dan negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing, mampu memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global serta diharapkan para pemuda perlu memperhatikan bahwa mereka mempunyai fungsi sebagai Agent of change, moral force and social control sehingga fungsi tersebut dapat berguna bagi masyarakat.
MAJU PEMUDA INDONESIA UNTUK PERADABAN LEBIH BAIK.
Pelangi itu tak henti menyeka diri, mendorong hati dalam pikir ini, menjerat jiwa menggores pena dalam kertas tak bernyawa, hidupkan lagi lentera itu, menjelma korek api menjadi bumerang, kobarkan kembali semangat pertiwi, menjadi satu pemuda pemudi dalam pribadi Rajawali, teguh dalam sanubari, Hiduplah Indonesiaku.
Kita Semua Satu. *
POLEWALI, 28 OKTOBER 2016