Bagian LIMA
TRANSTIPO.com, Mambi – Setelah penaklukan Benteng Salu Banga oleh tentara Belanda, rekan-rekan seperjuangan Demmarande yang masih hidup tetap melanjutkan perlawanan terhadap tentara Belanda dengan cara gerilya.
Rekan-rekan seperjuangan Demmatande yang masih hidup antara lain: Deppalana (saudara Demmatande), Pua’ Sela (dari Karakean, Bambang), Pua’ Tallue, Tandi Bali, Demma Musu’, Demmarantang (paman Demmatande), dan Demmajannang yang kemudian membangun Benteng Burekkong di kampung Matangnga (kini Kecamatan Matangnga, Kabupaten Polewali Mandar).
Pada bulan November 1914, Demmarantang atau Daeng Marantang dan pengikutnya melakukan penyerangan terhadap Belanda di Mamasa. Belanda kemudian menyusun siasat untuk menangkap Demmarantang. Siasat ini berhasil.
Setelah Demmarantang ditangkap, ia kemudian diasingkan ke Polewali, hingga akhirnya ia meninggal dengan cara yang tragis: bunuh diri dengan cara meminum racun. Demmarantang memilih cara demikian sebab ia tidak rela dirinya dibuang ke Nusakambangan.
Pada bulan Maret 1915, tentara Belanda menyerang Benteng Puang. Benteng ini dibangun oleh Demma Musu’, Tandi Bali, Deppalana dan kawan-kawannya.
Pada bulan Juni 1915, dari Benteng Puang, Deppalana Cs melakukan penyerangan balik terhadap sebuah patroli tentara Belanda.
Perlawanan pasukan rakyat berlangsung tanpa henti. Di Matangnga, Demmajannang terus melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda, meski akhirnya Demmajannang tertangkap di Benteng Burekkong akibat siasat perang tentara Belanda.
Perlawanan Pua’ Sela di Benteng Karakean, Bambang. Andola juga melakukan perlawanan di Benteng Tanete Ulusalu. Tentara Belanda kemudian berhasil menangkap Andola lalu dibawa ke Polewali untuk diadili.
Di perjalanan, di sekitar daerah Sumarorong, Andola melakukan perlawanan sehingga ia ditembak mati oleh tentara Belanda.
IRVANDI DEMMATANDE – SARMAN SHD