Demmatande dan Semangat ‘Jasmerah’

2932
Pdt. Matasak dan Pdt. Untung hadir dan sekaligus memberi dukungan moril kepada panitia seminar sebagai rangkaian kerja profesional Pemuda Panca Marga Kabupaten Mamasa dan Sulawesi Barat dalam memperjuangkan Demmatande sebagai Pahlawan Nasional, Mamasa, Sabtu, 4 November 2023. (Foto: Sarman Sahuding)

TRANSTIPO.com, MamasaJasmerah: Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bangsa yang besar adalah Bangsa yang tidak melupakan sejarahnya. Ini pesan Bung Karno, Presiden RI pertama.

Perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di zaman dahulu menjadi relevan ditelusuri jejaknya di masa kini.

Semangat mengingat kembali perjuangan para syuhada, para patriot di Tanah Air kita adalah sebentuk meneguhkan dan menguatkan kembali Cinta Tanah Air dan Bangsa Indonesia.

Di Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat, adalah entitas tak terpisahkan dari komunal secara integral nilai dan semangat kesatuan Indonesia.

Di tengah zaman yang kian maju, di tengah arus pembangunan dan kemajuan Bangsa dengan salah satu paradigma baru, yakni dunia digitalisasi, warga Kabupaten Mamasa dengan inisiasi anak cucu Demmatande coba mengingatkan kolektifitas, mengajak kerja bersama menelusur jejak perjuangan Demmatande dan kawan-kawan di masa lalu.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, dari selasar pelbagai sumber, disebutkan Demmatande cs pernah berjuang di daerah pegunungan melawan penjajah Belanda dengan markas utama di Benteng Salubanga, Paladan, Mamasa.

Puncaknya, pada 24 Oktober 1914 tentara Belanda melakukan serangan dengan kekuatan besar — akumulasi dari beberapakali serangan yang dilakukan namun gagal — ke benteng pertahanan Demmatande Cs di Salubanga, dan akhirnya sang komandan Demmatande kena tembak dan gugur seketika itu.

Mamasa, Sabtu, 4 November 2023. (Foto: Sarman Sahuding)

Pemuda Panca Marga

Lembaga kepemudaan Pemuda Panca Marga (PPM) Kabupaten Mamasa bersama keluarga besar Demmatande coba merapatkan barisan dengan tujuan penting yakni mengusulkan Demmatande sebagai Pahlawan Nasional.

Jejak formal penelusuran dan perjuangan niat baik itu tentu bermula dari sebuah hajatan besar pada tahun 2014.

Ketika itu Pemkab Mamasa bersama anak cucu Demmatande melakukan kegiatan Memperingati 100 Tahun Semangat Demmatande Cs dan Perjuangan Kemerdekaan di Benteng Salubanga, Paladan, Kecamatan Sesena Padang, Kabupaten Mamasa, 24 September 2014.

Bertitik tolak dari semangat itulah kemudian, Irvandi Demmatande, salah seorang cucu Demmatande bertekat untuk terus berupaya bergerak, merajut, mengkonsolidasi, membangun jaringan, merujuk prosedural agar niat mengusulkan mendiang tokoh pejuang Demmatande bisa diusulkan kepada Negara sebagai Pahlawan Nasional.

Perpacu dengan waktu. Irvandi kewalahan melawan onak dan duri, lalu datang pandemi Covid-19. Sejak pandemi 2020 lalu itu, langkah perwira di Polda Sulawesi Barat ini pun terhenti.

Semangatnya tak pernah padam. Pada awal 2023 seiring new normal pasca pandemi, Irvandi kembali bergerak. Ia dan keluarganya sudah tak sendiri, kali ini ia ditemani pengurus Pemuda Panca Marga (PPM) Kabupaten Mamasa dus didukung PPM Sulawesi Barat. Bahkan Firman Juang, ketua lembaga ini di provinsi terlibat langsung membantu Irvandi dalam kerja-kerja kreatif upaya perjuangan ini.

Tak kalah penting, seorang anak muda dari Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang cukup cekatan dalam kelola administrasi dan manajemen tekhnis perjuangan, sangat aktif bekerja dan bergerak menemani Irvandi. Nama pemuda ini adalah Asrul, kini bermukim di Mamuju.

Dari sekian banyak kerja-kerja profesional pengusulan Demmatande sebagai Pahlawan Nasional, salah satunya adalah gelaran Seminar Nasional yang akan dilaksanakan di Mamasa pada 9 November 2023.

Seminar ini sedianya akan dihadiri pakar sejarah dan antropologi dari Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Hasanuddin (Unhas).

Pemkab Mamasa dan Prmprov Sulawesi Barat mendukung apa yang diupayakan oleh Irvandi dkk.

Testimoni puluhan tokoh masyarakat lintas peran di Sulawesi Barat adalah salah satu bukti Demmatande layak diusulkan sebagai Pahlawan Nasional.

Dukungan Moril Matasak

Pdt. Matasak (79 tahun) dan Pdt. Untung (72 tahun) adalah dua tokoh Mamasa yang hadir pada pertemuan pemantapan panutia bersama PPM Mamasa pada Sabtu, 4 November 2023.

Pertemuan pemantapan panitia seminar nasional ini dilaksanakan di halaman rumah Pdt. Untung di Mamasa. Dihadiri puluhan orang panitia, Irvandi dan Asrul hadir.

“Perlu ada pengakuan secara resmi dari Pemerintah Kabupaten dan DPRD Kabupaten Mamasa, bahwa nenek Demmatande adalah penjuang perintis kemerdekaan. Makaredek mamperjuangkan kalau hanya kita dari pihak keluarga,” kata Pdt. Matasak dalam sambutannya.

Dengan dukungan secara resmi itu, kata Matasak, ini akan jadi dasar yang kuat untuk selanjutkan memperjuangkan lebih di atas.

“Dan ini tidak akan kuat di pusat kalau tidak ada pengakuan dari masyarakatnya sendiri,” kata Matasak. Dan ia tambahkan bahwa kalau ada pengakuan akan semakin jelas bahwa Mamasa adalah bagian tak terpisahkan dari NKRI.

Matasak juga apresiasi seminar nasional yang akan dilakukan oleh PPM Mamasa dan Sulawesi Barat.

Selaku tuan rumah sekaligus tokoh yang banyak membantu panitia, Pdt. Untung menyambut gembira seminar nantinya itu.

“Kita berangkat dari kekuarga dan selanjutnya kita perjuangkan, kita memberanikan diri,” kata Pdt. Untung yang juga ayah mertua Irvandi memompa semangat panitia di Mamasa, Sabtu pagi kemarin.

Pdt. Untung menyebut bahwa memang nama orang tua kita (Demmatande) telah dipakai di jalan jalan, tapi sampai hari ini belum ada stempel atau tanda tangan yang pakai nama itu (Demmatande), apalagi dengan ketukan palu (di dewan).

“Jika kemudian apabila pihak pemerintah sudah melegalkan nama nenek Demmatande maka kita keluarga harus merelakan,” katanya.

Pdt. Untung menyebut bahwa soal dana tak perlu dibicarakan, karena kalau kita bicara finansial pasti makan banyak

“Kita ini panitia adalah satu keluarga. Kita kerja sama untuk mengangkat harkat dan martabat keluarga kita. Kita bersyukur kalau perjuangan ini bisa sampai nasional,” ujar Pdt. Untung.

Seminar Demmatande tinggal menghitung hari. Tentulah Kabupaten Mamasa bergembira menyambut kerja ilmiah sebagai salah satu pijakan dasar menjadikan seseorang menjadi Pahlawan Nasional.

SARMAN SAHUDING

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini