TRANSTIPO.com, Mamuju – Merangsek jauh ke ketinggian di kecamatan yang lumayan jauh: Kecamatan Bonehau dan Kecamatan Kalumpang. Dua kecamatan ini selain berada di daerah pegunungan, juga berjarak jauh dari ibu kota Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Jarak antara Mamuju dan Kalumpang sendiri tak lebih 121 kilometer. Mengjangkau Kalumpang, dilewati dulu Kecamatan Bonehau.
Awal Februari 2023, Bupati Mamuju Hj. St. Sutinah Suhardi telah mengagendakan mengunjungi kecamatan-kecamatan yang ada di kabupaten yang ia pimpin kini.
Tina — sapaan bupati pertama perempuan di Kabupaten Mamuju bahkan di Provinsi Sulawesi Barat — tentu punya alasan tersendiri memilih Bonehau dan Kalumpang titik pembuka roadshow-nya ke kecamatan kali ini.
Pada Kamis, 2 Februari, bupati Tina naik mobil bersama rombongan besar menyasar jalan-jalan berkelok hingga mencapai Bonehau dan Kalumpang.
Di Bonehau, anak sulung mantan Bupati Mamuju Suhardi Duka ini memilih bermalam dan esoknya, Jumat 3 Februari, ia meneruskan ‘pendakian’ ke Kalumpang.
Mengunjungi warga di kecamatan di pegunungan itu tak cukup hanya berbilang jam. Dengan bermalam di Bonehau itulah bupati Tina bisa lebih mudah dan cepat menjangkau satu kecamatan lagi di atasnya, daerah paling ujung Kabupaten Mamuju yang berbatasan daerah Seko, Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan.
Ia tak sekali menyasar daerah pegunungan. Kunjungan kali dalam rangka giat Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah (Musrenbang) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Mamuju tahun 2024.
Hajatan ini penting. Momen ini sekaligus salah cara sahih menyerap aspirasi warga yang dipimpinnya. Di Bonehau dan Kalumpang — demikian halnya di kecamatan lain berikutnya — ‘pasukan’ Tina akan bekerja menginput segala masukan dan kebutuhan prioritas kawasan pegunungan Mamuju untuk agenda pembangunan kerakyatan di tahun depan.
Di Kalumpang, bupati Tina menikmati benar suasana kampung tua yang menyejarah, yang konon telah memiliki peradaban sejak ribuan tahun silam. Meski kecamatannya yang terjauh di atas gunung, kunjungannya kali membuatnya sumringah.
Selingan rapat dan mendengar masukan warga, ia menyeberangi jembatan gantung sembari melepas pandang alam sekitar. Ia mendengar gemericiknya air Sungai Karama — sungai yang terbentang panjang dengan puluhan anak sungai lainnya.
Selepas itu, ia masuk lapangan sepakbola. Membuat lingkaran, eratan tangan sambung menyambung bersama anak-anak sekolah. Musik Kalumpang mengalun. Mereka mengiringkan nyanyian, bergerak ke kiri ke kanan, kaki diayun. Sungguh bahagia Tina di dataran menggunung Kalumpang Jumat pagi itu.
Seorang bupati dengan postur kecil yang lincah, berjuang tak kenal lelah. Ia teguh, kukuh menantang segala rintangan, entah di jalan, situasi musim pancaroba yang ekstrim, dan tentunya harus bertahan dengan fisik seorang perempuan.
Tina cinta Mamuju dengan segala kerendahan hatinya, dan ketulusannya membangun semampu-mampunya.
Inne kupogau’ iyanasanna ampana masaraka’ta Mamuju.
SARMAN SAHUDING