Bola Liar Lapangan Sepak Bola Lambanan, Proyek Mamasa Rp3,8 M Disorot

1860
Juan alias JGP sedang olahraga di Lapangan Sepak Bola Lambanan, Mamasa, Sabtu sore, 19 Agustus. (Foto: Istimewa)

TRANSTIPO.com, Mamasa – Proyek Lapangan Sepak Bola di Lambanan menelan anggaran sekitar Rp3,8 miliar. Dianggarkan melalui APBD Kabupaten Mamasa (DAU) tahun anggaran 2022.

Belum ada stadion berdiri di atas tanah lapang di Desa Lambanan, Kecamatan Mamasa, yang kini jadi sorotan itu. Hanya berupa lapangan sepak bola yang baru dibuat oleh Pemkab Mamasa, Sulawesi Barat.

Proyek permak lapangan bola kaki ini dihadirkan oleh Pemkab Mamasa setelah sebelumnya — beberapa tahun lalu — lapangan sepak bola di tengah kota Mamasa dialih fungsi jadi lapangan upacara.

Dilengkapi bangunan tribun besar di ujungnya, tempat elit kabupaten dan tetamu terhormat jika sedang ada hajatan besar di ibu kota kabupaten.

Sekitar seperempat tersisa, masih menyerupai lapangan, tapi tak pas lagi untuk tempat main bola ukuran normal. Tempat main bola voli, tempat ring tinju, dan sekadar olahraga berlari-lari masih bisa.

Tak sedikit keramaian masih tampak digelar di bekas lapangan sepak bola masyarakat Mamasa kota itu.

Dulu, awalnya pasca alih fungsi lapangan kebanggaan — sekaligus salah satu ikon Mamasa kota — itu menyulut amarah sejumlah masyarakat, lalu isunya pun menguap seiring waktu.

Memori akan lapangan warga kota Mamasa seolah muncul kembali setelah lapangan sepak bola yang ada di Lambanan sudah bisa digunakan main sepak bola dan olahraga lainnya.

Meski berada agak berjarak di pinggiran kota, lapangan ini pun jadi perhatian warga di media perbincangan berjejaring, satu pekan terakhir.

“Pekerjaan lapangan stadion Mamasa untuk tahap pertama yang dikerjakan memang cuma lapangan sepak bola saja,” ujar Welly, pejabat setingkat kepala bagian di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Mamasa, Sabtu, 19 Agustus 2023.

Meski belum dilengkapi stadion termasuk bangunan tribun, menurut Welly, setelah itu diharapkan ke depan bisa dianggarkan lagi untuk pembangunan tribun stadion.

Menjernihkan sas-sus yang berkembang di media perbincangan itu, termasuk anggaran dan proses ‘tukar guling’ hingga penganggarannya, Welly terangkan jika lapangan itu tak sampai 4 miliar.

“3,8 M termasuk pembangunan talud bantaran sungai, pembuatan peresapan lapangan, pengadaan rumput lapangan dan pagar keliling lapangan.”

Dari dana APBD Mamasa untuk buat lapangan bola itu belum termasuk pembelian tanah lapang.

“Untuk pengadaan tanah bukan ranah Dispora tapi dinas perumahan dan pertanahan,” ujar Welly lagi.

Kepala Dinas Perumahan Rakyat Kabupaten Mamasa, Doktor Gusti belum menjawab pertanyaan saat dikonfirmasi Sabtu sore, 19 Agustus.

Lapangan bola di atas tanah ‘sengketa’?

Mengaitkan nama Arifin Baso dengan ulasan ini tentu alamat sulit saat ini. Beliau sudah berpulang beberapa tahun lalu.

Tapi Syamsul, saudara Arifin Baso, beri komentar setelah dikonfirmasi pada Sabtu sore tadi.

Lokasi di Lambanan itu — lapangan sepak bola sekarang — ada berapa bagian sawah, “jadi ada yang bersertifikat ada yang belum seperti milik almarhum cuma pajak yang ada, dan supradik dari desa.”

Syamsul mengaku tanah tersebut milik abangnya, Arifin Baso. Ia bilang, pada 2013 tanah itu digadaikan ke pak Tote’.

“Ingat, tidak dijual yaa, digadai,” tegas Syamsul.

Keseriusan Syamsul mempertahankan tanah milik abangnya itu, ia akan buktikan dengan cara “premanisme”.

“Saya yang mau halangi itu stadion, kalau mau ki’ jelasnya tentang lokasi stadion ke Mamasa ki’ saya kasih ki buktinya.”

Saking semangatnya berkomentar, Syamsul salah sebut, belum ada stadion di lapangan sepak bola di Lambanan itu.

Sayang, bapak Tote’ — yang disebut Syamsul dan sumber lain media ini — tak menjawab pertanyaan.

Sumber terpercaya yang lain menyebutkan, Tote’ saat ini Anggota DPRD Mamasa, “Dari partai Perindo, masuk dewan 2019 lalu.”

Ia bilang, Tote’ yang punya sertifikat, lalu dijual ke pemda.

Harga tanah yang kini jadi lapangan sepak bola di Lambanan itu belum terendus. Juga berapa total harga anggaran tanah dalam APBD Mamasa tersebut.

Semua masih sumir. Termasuk rumput lapangannya. Ada yang menyebut rumput lapangan itu didatangkan dari Jawa, ada yang bilang hanya dibeli di pasar Mamasa. Entahlah.

Jarak kota Mamasa ke Desa Lambanan tak terlampau jauh, hanya 5 kilometer. Kondisi jalannya pun sudah baik. Dibeton. Ini jalan Trans Nasional, bagian dari ruas jalan Salubatu ke Tabang.

Pengerjaan betonisasi di ruas jalan itu memakai dana APBN: multiyears (proyek anggaran tahun jamak).

Seperti Juan Gayang Pongtiku pada sore tadi, Sabtu, 19 Agustus. Ia menjangkau Lambanan hanya sebentar. Ia sengaja datang ke lapangan untuk olahraga sore.

SARMAN SAHUDING

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini