TRANSTIPO.com, Mamuju –Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Sulawesi Barat melaksanakan sebuah dialog yang serius. Isi dialognya adalah membincang soal Pelibatan Masyarakat di Kalangan Tokoh Budaya dalam Pencegahan Terorisme di Sulawesi Barat.
Dialog ini berlangsung di d’Maleo Hotel & Convention Mamuju, Rabu pagi – sore, 7 September 2016. Dihadiri oleh peserta tak kurang 300 orang, dari lintas lembaga masyarakat yang ada di Sulawesi Barat. Diliput oleh sekitar 20 wartawan—media cetak, elektronik, dan online.
Pematerinya menghadirkan, antara lain, Ali Fauzi, salah seorang mantan teroris yang ahli merakit bom. Dulu, dia musuh negara dan internasional. Kini, ia sudah menjadi “guru ilmu tangkal terorisme” di Indonesia. Makanya, ia dijadikan sebagai penceramah publik di bidang “ilmu” baru ini.
Ada juga pemateri dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pusat. Termasuk budayawan Mandar Suryadi Yasil dan Rasyid Kampil. Dua seniman dan budayawan Mandar ini bicara dari segmen sejarah dan budaya masyarakat. Sentuhannya, ya, sekitar pergeseran nilai yang terjadi di tengah masyarakat Sulawesi Barat.
Acara dialog ini dimoderatori oleh dua pengurus FKPT Sulawesi Barat, yakni, Sudirman Samual dan Ashari Rauf. Keduanya juga adalah wartawan senior di Sulawesi Barat. Dibuka dan ditutup oleh Rahmat Sanusi, Kepala Badan Kesbangpol Sulawesi Barat.
“Kami mengundang para tokoh budaya karena saya melihat bahwa banyak generasi mudah kita yang sudah tak mengenal lagi apa itu budaya. Budaya kita sudah mulai hilang. Generasi muda kita sudah tak kenal apa itu budaya, dan yang lebih parah lagi Pancasila pun sebagai lambang negara banyak yang sudah tak hafal,” kata Rahmat Sanusi ketika beri sambutan dalam acara pembukaan dialog ini.
Masih Rahmat, “Dialog ini kami lakukan karena perlu diketahui bahwa Mamuju ini adalah daerah segi tiga emas, yang kemungkinan besar sangat mudah dimasuki teroris,” kata Rahmat Sunusi, Ketua FKPT Sulawesi Barat.
RISMAN SAPUTRA/ZULKIFLI