TRANSTIPO.COM, Topoyo – Bukanlah pilihan terlahir mau seperti apa. Lahir ke dunia itu Takdir Ilahi. Tiada seorang pun mampu menginterupsinya.
Tuhan menahbiskannya kali pertama melepas tangis di kampung Mandar tua, Kabupaten Majene, Sulawesi Selatan.
Ia lahir sebagai anak lelaki, tepatnya 15 Oktober 1975. Anak Sulung dari Ayah seorang tokoh besar, HM Maksun Dai, dan Ibu dari turunan Raja Banggae, Majene, Mandar.
Andi Bau Akram Putera Dai namanya.
Akram Dai masih bocah ketika orangtuanya pindah bsrmukim ke Kabupaten Mamuju, masih paruh di tahun 70 silam.
Di Mamuju kemudian ia menuntaskan separuh pendidikan formal yaknu SD dan SMP.
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ia tamatkan di SMA Negeri 01 Ujungpandang.
Dari sejak bocah hingga remaja dan masa sekolah, Akram tekah mengecap tiga daerah yang berbeda: Majene, Mamuju, dan Ujungpandang.
Perpindahan hingga ketiga kota yang berbeda itu bukan alamiah belaka melainkan karena faktor Ayahnya, HM Maksun Dai.
Dulu, tokoh ini didapuk oleh pemerintah sebagai abdi formal bangsa di jalur parlemen atau anggota DPRD di Mamuju dan Sulawesi Selatan. Di tempat pengabdian dengan level yang berbeda itulah pula jejak tempat sekolah Andi Akram Dai.
Akram beruntung. Setelah lulus SMA, tak sulit memilih perguruan tinggi tempat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Selain dukungan ekonomi yang cukup dari orangtuanya, terlebih Ayahnya yang sedang duduk di DPRD Sulawesi Selatan, ditambah rapor ilmu sekolahnya yang lumayan bagus, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin (Unhas) kemudian dipilih jadi tempatnya mengenyam ilmu yang serius.
Di Unhas-lah ia menemukan jati dirinya lain khususnya dinamika berorganisasi, baik perkumpulan intra-kampus di senat fakultas maupun ekstra-kampus semisal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Di organisasi kemahasiswaan, Akram tak belepotan sebab sejak di sekolah ia rutin di perkumpulan Osis dan Pramuka.
Ketika wawancara singkat berlangsung, terang benar dukungan retorika ia peroleh dari giatnya berorganisasi.
Pamong Negara
Akram cermat memilih tempat mengabdi pada Bangsa dan Negara di daerah.
Selesai kuliah di Unhas pada 2001, peruntungan berpihak padanya. Di tahun itu pula, Akram Dai diterima sebagai ASN di Pemerintah Kabupaten Mamuju. Ia ditempatkan di Bappeda, organisasi perangkat daerah favoritnya.
Akram masih haus akan ilmu pada level atas. Awal ia mengantongi nomor induk pegawai (NIP), ia kembali ke Ujungpandang (baca: Makassar) untuk melanjutkan pendidikan jenjang Strata Dua (S2).
Dari hari, bulan hingga tahun, Akram resmi merengkuh gelas Magister. Dengan status keilmuan dan lisensi ini, tentu turut memengaruhi pekerjaannya di Bappeda Kabupaten Mamuju.
Tiga tahun ia berkutat di kantor kabupaten itu hingga tiba waktunya peresmian Provinsi Sulawesi Barat — hasil pemekaran provinsi induk, Sulawesi Selatan, teparnya 22 September 2004.
Anak tertua HM Maksun Dai ini bergerak cepat pindah ke Pemerintahan Provinsi Sulawesi Barat, dengan instansi linear: Bappeda.
Di Bappeda Sulawesi Barat dua tahun, lalu pangkat dan eselon menanjak. Ketika saatnya tiba di level Eselon III, raihan jabatan dalam lingkup Pemerintah Provinsi SuLawesi Barat pun ia kecap.
Bergeser dari beragam jabatan tengah itu, tibalah ia pada 2018 dengan jabatan tinggi pratama yakni Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Barat, hingga kini.
Mengepalai satu OPD di provinsi tak canggung baginya lantaran pengalamannya enam tahun lebih di Bappeda. Ia paham tuntas perencanaan, hingga mengeksekusi progran kerja pemerintah. Ia tahu rasionalitas usulan kegiatan.
Pj Bupati Mateng
Sepulang dari dinas luar kota bukan alasan lalai tugas pokok sebagai pamong di Daerah.
Kamis, 3 Desember 2020.
Akram baru saja tiba di Mamuju, sore, dan langsung ke Tobadak, Mamuju Tengah (Mateng).
Tugas lainnya sebagai Pj Bupati Mateng yang ia emban sejak pekan ketiga Oktober lalu, akan ia akhiri esok, Sabtu, 5 Desember.
Hanya dua bulan lebih memang, tapi menjadi pelaksana tugas kepala daerah, bukan perkara gampang, terlebih jika tak berjalan sesuai koridor tata aturan telah ada.
Akram berkesiap total mengabdi di tempatnya semula, salah satu OPD penting dengan bejibun urusan sosial.
RULI SYAMSIL – SARMAN SAHUDING