Lantaran sudah tak ada penumpang, Bandar Udara Sumarorong, Mamasa, bakal tak lagi beroperasi.
TRANSTIPO.com, Mamuju – Wakil Gubernur Sulbar Enny Anggraeny Anwar menyayangkan jika Bandar Udara Sumarorong di Kabupaten Mamasa, Sulbar, saat ini tak lagi beroperasi.
Hal ini diungkapkan Enny Anggraeni saat membawakan sambutan pada Rapat Koordinasi Teknis Perhubungan Provinsi Sulbar tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Sulbar di d’Maleo Hotel & Convention, Mamuju, Rabu, 26 Juli 2017.
“Pada tahun 2013, Bandar Udara Sumarorong memulai melayani penerbangan perintis, yaitu jalur Sumarorong – Makassar, Sumarorong – Mamuju. Namun, di tahun 2017 ini, penerbangan perintis untuk semua rute sementara dihentikan,” kata Wagub Sulbar Enny Anggraeni.
Menurut ibu Enny, sangat disayangkan jika bandara ini nganggur. Padahal, katanya, bandara perintis itu dipersiapkan karena Mamasa adalah destinasi (daerah tujuan wisata) di Sulbar.
“Jadi itu akan menghubungkan daerah-daerah lain, dan juga ke Tana Toraja, Sulsel,” kata Enny.
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan, Dr. Wahyu Satrio Utomo, juga membenarkan jika Bandar Udara Sumarorong tak lagi beroperasi. Hal itu, kata Wahyu, diketahui setelah adanya temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.
“Itu kan sebetulnya adalah temuan BPK juga. Tidak beroperasi karena memang tadinya akan ada pesawat perintis yang beroperasi ke sana (Mamasa). Tapi ternyata hasil audit dari BPK penumpangnya tidak ada. Masyarakat di Mamasa merasa takut karena pesawatnya kecil, sehingga tidak ada yang memanfaatkan,” kata Wahyu Satrio Utomo kepeda sejumlah media, Rabu, 26 Juli.
Lanjut Wahyu, pihaknya meminta kepada kadis perhubungan (Mamasa dan Sulbar) untuk membuat kajian, lalu meyakinkan kepada pemerintah pusat jika ingin mengembangkan Bandar Udara Sumarorong.
“Makanya saya minta dari kadisnya sendiri untuk membuat kajian. Kalau memang tahun lalu seperti itu, potret tahun ini seperti apa?” kata Wahyu dalam nada tanya.
Kata wahyu lagi, kalau itu harus dikembangkan, harus ada gambaran prospek ke depan seperti apa.
“Dan ini kembali ke pemda. Pemda yang harus berusaha keras untuk meyakinkan kita di pusat bahwa itu akan ada penumpangnya. Jangan dulu dikembangkan nanti tidak ada yang pakai. Kan sayang!” jelas Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ini.
ZULKIFLI